Submitted by
Untung on September
2, 2014 – 11:47 am4 Comments
Hukum Paticcasamuppada Oleh Bhante
Sri Pannavaro (2001)
Hukum
Paticcasamuppada merupakan satu hukum yang sangat penting dalam agama Buddha
selain hukum Karma. Hukum Paticcasamuppada atau hukum sebab musabab yang saling
bergantungan dapat menerangkan kenapa kita menderita dan bagaimana sebenarnya
proses menghentikan penderitaan itu terjadi.
Hukum
Paticcasamuppada menjelaskan bahwa segala sesuatu mesti ada sebab nya dan
akibat yang ditimbulkan akan menjadi sebab untuk akibat yang lain nya muncul.
Itulah mengapa dinamakan hukum sebab musabab yang saling bergantungan.
Saya pernah
mendengarkan uraian Bhante Sri Pannavaro mengenai hukum Paticcasamuppada ini
lebih dari 10 tahun yang lalu lewat sebuah keping VCD. Penjelasan Bhante Sri
Pannavaro mengenai hukum sebab musabab yang saling bergantungan
tersebut memang tidak panjang lebar dan hanya intinya saja, jadi
tidak komplit namun menurut saya cukup mudah untuk di cerna oleh umat awam.
Sudah lama saya merencanakan untuk menaikkan nya ke ceramahdhamma.com, namun
apa daya, saya tidak berhasil menemukan kembali VCD tersebut. Mungkin sudah
saya berikan kepada orang lain yang saya anggap waktu itu lebih memerlukannya.
Keinginan tersebut
pernah saya masukkan dalam satu komentar di ceramahdhamma.com dan dibaca oleh
bapak Felix Sim seorang anggota ceramahdhamma.com yang sudah bergabung sejak
tahun 2011. Karma baik untuk kita semua, Bapak Felix Sim ternyata memiliki file
video rekaman uraian Bhante Sri Pannavaro mengenai Hukum Paticcasamuppada ini.
Terima kasih kepada pak Felix Sim atas pemberian sharing file hukum
paticcasamuppada ini kepada kita semua.
Bhante Sri
Pannavaro memberikan uraian ini pada saat proses renovasi Vihara Buddhagaya
Watugong Semarang. Berdasarkan hal itu maka saya perkirakan uraian ini
berlangsung sekitar tahun 2001. Bhante Sri Pannavaro masih kelihatan muda pada
saat itu, anda dapat melihat dari foto diatas yang saya ambil dari video
rekamannya.
Sebenarnya
lewat video anda bisa lebih memahami uraian hukum Paticcasamuppada ini, karena
lewat gambar akan lebih mudah memahami uraian Bhante Sri Pannavaro. Oleh karena
itu saya berusaha untuk juga meng upload file video tersebut lewat Youtube. Anda bisa melihatnya di YOUTUBE
Bagi anda
yang kesulitan mengakses youtube dan hanya bisa mendengarkan lewat file audio
yang saya berikan di tengah dan di ulang bagian bawah postingan ini, maka saya
berusaha untuk membantu lewat beberapa gambar yang bisa anda download lebih
dahulu. Jadi sambil mendengarkan file audionya anda bisa sambil melihat
gambarnya.
Pertama
sekali yang perlu anda lihat adalah gambar dari Hukum Paticcasamuppada itu
seperti dibawah ini. Saya berikan dalam ukuran file yang cukup besar 1254×1600
pixel (553 KB).
Bhante Sri
Pannavaro seperti yang telah saya jelaskan diatas, memang tidak menjelaskan
semua bagian gambar dari ‘diagram’ hukum Paticcasamuppada, hanya point utama
yaitu dua belas mata rantai hukum paticcasamuppada.
Bhante Sri
Pannavaro memulai uraiannya dari gambar yang ditengah tengah giagram
paticcasamuppada berupa gambar seekor ayam, seekor ular dan seekor babi. Ketiga
hewan tersebut melambangkan sifat dasar dari setiap manusia yaitu lobha, dosa
dan moha.
Babi
melambangkan sifat moha atau kebodohan batin kita. Ayam melambangkan sifat
lobha atau keserakahan kita dan ular melambangkan sifat dosa atau kebencian,
kemarahan, atau sifat penolakan kita.
Itulah sifat
dasar kita yang menyebabkan kita terus menerus menderita dalam kehidupan yang
berulang ulang.
Moha atau kebodohan batin adalah
ketidakmampuan kita untuk membedakan mana yang baik mana yang buruk, mana yang
benar dan mana yang salah. Moha membuat batin kita gelap atau bisa disebut juga
Avijja (kegelapan batin).
Anda
dapat melihat pada diagram hukum Paticcasamuppada disebelah kanan agak keatas
dari lingkaran ayam, ular dan babi tersebut tulisan Avijja. Kegelapan batin
inilah yang membuat sebab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar