1.
Sila adalah etika atau moral yang dilakukan berdasarkan cetana atau
kehendak. Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ETHOS yang artinya
kebiasaan atau adat.
2. Oleh karena itu etika sering dijelaskan
sebagai moral. Dalam pandangan Buddhis sila memiliki banyak arti antara
lain: norma (kaidah), peraturan, perintah, sikap, keadaan, perilaku,
sopan santun, dan sebagainya
3. Sila pertama kali diajarkan Buddha kepada lima orang pertapa ketika menyampaikan khotbah pertama di Taman Rusa Isipatana.
4. Dalam khotbah tersebut dijelaskan tentang jalan menuju lenyapnya dukkha yang dinamakan jalan tengah.
5.
Dalam jalan tengah sila memiliki kelompok Ucapan benar, Perbuatan benar
dan Mata Pencaharian benar. Sila merupakan dasar yang paling utama
dalam pengamalan kehidupan beragama.
6. Dengan memiliki agama
merupakan langkah awal yang sangat penting untuk mencapai kehidupan yang
luhur. Hal tersebut disampaikan dalam Kitab Samyutta Nikaya V, 143,
antara lain : “ Apakah permulaan dari batin yang luhur ? Sila yang
sempurna “
B. CIRI, FUNGSI, WUJUD DAN SEBAB TERDEKAT DARI SILA
1. Ciri Sila (Lakkhana) adalah ketertiban dan ketenangan
2. Fungsi (rasa) adalah untuk menhancurkan yang salah (dussiliya) dan menjaga agar orang tetap tidak bersalah (ancajja)
3. Wujud sila (paccupatthana) adalah kesucian (soceyya)
4.
Sebab terdekat adalah Hiri dan Ottapa, hiri adalah perasaan malu untuk
berbuat jahat atau kesalahan, ottapa ada perasaan takut akan akibat dari
perbuatan jahat. Hiri dan Ottapa disebut Lokapaladhamma atau pelindung
dunia.
C. PEMBAGIAN SILA
1. Sila menurut jenisnya terdiri dari 2 macam, yaitu :
a.
Pakati Sila artinya sila alamiah(sila yang tidak dibuat oleh manusia).
Contohnya hukum tertib kosmis (utu, bija, kamma, dhamma, citta niyama)
b.
Pannati Sila adalah sila yang dibuat oleh manusia berdasarkan
kesepakatan atas dasa tujuan tertentu. Contoh : peraturan kebhikkhuan,
adat istiadat, peraturan Negara, dan lain-lain
2. Sila menurut pelaksanaannya terdiri dari 3 macam, yaitu :
a. Sikkhapada sila yaitu melakukan latihan pengendalian diri
b. Carita sila yaitu sila dalam aspek positif (mengembangkan 10 perbuatan baik)
c. Varita sila yaitu sila dalam aspek negatif (10 karma buruk)
3. Sila menurut jumlah latihannya terdiri dari 3 macam, yaitu :
a.
Cula Sila adalah cara pengendalian diri dari segala perbuatan dan
ucapan yang tidak baik. Disebut Cula Sila karena jumlah sila tersebut
paling sedikit yaitu lima sila yang dilaksanakan oleh umat biasa atau
upasaka dan upasika.
b. Majjhima Sila adalah sila yang sedang dalam
jumlah peraturun. Sila ini terdiri dari sepuluh latihan (Dasasila)
dilaksanakan oleh samanera.
c. Maha Sila adalah sila yang
banyak/berat dalam jumlah peraturan. Sila ini disebut Patimokkhasila
dilaksanakan oleh para bhikkhu berjumlah 227 latihan dan bhikkhuni
berjumlah 311 latihan.
4. Sila menurut jenis orang yang melaksanakan terdiri dari 3 macam, yaitu :
a.
Sila upasaka-upasika adalah pancasila Buddhis. Bila kelima sila ini
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh maka akan memiliki 5 macam kekayaan,
al:
• Keyakinan terhadap Triratna dan diri sendiri
• Kemurnian sila dan pelaksanaannya
• Keyakinan terhadap hukum karma
• Mencari kebaikan di dalam dhamma
• Berbuat baik sesuai dengan dhamma
b.
Sila bagi Samanera-samaneri adalah majjhima sila (sila menengah). Untuk
aliran Theravada melaksanakan 10 sila dan 75 sekhiya. Untuk aliran
Mahayana melaksanakan 10 sila dan 100 siksakaranya.
c. Sila para
bhikkhu dan bhikkhuni disebut patimokkhasila atau panita sila (sila yang
tinggi). Sila bagi bhikkhu Theravada berjumlah 227 sila, bhikkhuni 311
sila. Khusus sila bagi para bhikkhuni Theravada telah dihapuskan sejak
tahun 1257 m karena dalam aliran Theravada tidak ada lagi sangha
bhikkhuni. Sila bagi bhikkhu Mahayana berjumlah 250 sila dan bhikkhuni
348 sila.
PANCASILA
1. Pancasila adalah lima
latihan kemoralan yang wajib dilaksanakan oleh kita (umat Buddha) semua
dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila (Lima latihan kemoralan) terdiri
dari :
a. Panatipata Veramani artinya melatih untuk menghindari membunuh
b. Adinnadana Veramani artinya melatih untuk menghindari mengambil barang yang tidak diberikan (mencuri)
c.
Kamesumicchacara Veramani artinya melatih diri untuk menghindari
berbuat asusila (berhubungan kelamin yang bukan sebagai suami/istri)
d. Musavada Veramani artinya melatih untuk menghindari berkata kasar/berbohong/ memfitnah/omong kosong.
e. Suramerayamajjapamadatthana Veramani artinya melatih untuk menghindari mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
2. Syarat terjadinya pelanggaran lima sila:
a.
Syarat terjadinya pembunuhan adalah : adanya makhluk hidup, tahu bahwa
makhluk itu hidup, ada niat/kehendak untuk membunuh, ada usaha untuk
membunuh, makhluk tersebut mati/lenyap.
b. Syarat terjadinya
terjadinya pencurian adalah : adanya barang, tahu bahwa barang itu,
milik orang lain, ada niat/ kehendak untuk mengambil, ada usaha, barang
tersebut berpindah tempat.
c. Syarat terjadinya perbuatan asusila adalah : ada obyek, ada niat untuk melakukan, ada usaha melakukan, berhasil melakukan.
d.
Syarat terjadinya berkata kasar/berbohong/ memfitnah/omong kosong
adalah : ada hal yang tida benar, ada niat untuk menyampaikan, ada
usaha, ada orang lain yang percaya.
e. Syarat terjadinya karena
minuman keras, adalah: adanya barang yang memabukan, mempunyai niat
untuk meminum, melakukan usaha untuk minum, terjadi mabuk
3. Akibat Pelanggaran Pancasila
a.
Akibat buruk dari membunuh yaitu: umur pendek, sering sakit-sakitan,
selalu bersedih karena berpisah dengan yang dicintai, selalu ketakutan
b. Akibat buruk dari mencuri yaitu: kemiskinan, penderitaan, kekecewaan, hidup tergantung pada pihak lain
c.
Akibat berbuat asusila yaitu: mempunyai banyak musuh, mendapat suami
atu istri yang tidak diinginkan, lahir dengan keadaan biologis yang
tidak sempurna
d. Akibat ucapan tidak benar:
• Berbohong yaitu: menjadi sasaran fitnah dan cacimakian, tidak dipercaya,mulut berbau
• Akibat memfitnah: pecahnya persahabatan tanpa sebab
• Akibat berkata kasar: dibenci pihak lain walaupun tidak mutlak salah, memiliki suara parau
• Akibat bergunjing adaah: cacat aat tubuh, sering bicara tidak masuk akal sehingga orang lain tidak percaya
e. Akibat Minum-minuman yang memabukkan Akibat dibicarakan banyak orang, kecerdasan menurun, tergantung pada orang lain
pelanggaran sila ke 5 akan mengakibat melanggar 4 sila lainnya
C. MANFAAT PELAKSANAAN SILA
1. Manfaat sila bagi perumah tangga sesuai dengan Kitab Maha Parinibbana Sutta adalah :
• Penyebab seseorang memiliki banyak harta kekayaan
• Nama dan kemasyurannya akan bertambah luas
• Menghadiri pertemuan tanpa ketakutan dan keragu-raguan
• Sewaktu akan meninggal hatinya tenang
• Penyebab terlahir di alam surga
2.
Tujuan tertinggi melaksanakan sila adalah untuk mencapai Nibbana.
Nibbana tidak sama dengan surga. Bedanya: Surga adalah tempat berdiamnya
makhluk yang menerima akibat perbuatan baiknya.
3. Nibbana adalah keadaan dimana semua makhluk terbebas dari tanha dan kilesa.
4.
Hubungan dhamma dan vinaya sangat erat karena, mengajar dhamma tanpa
vinaya sama artinya mengajarkan jalan tanpa menunjukkan bagaimana cara
memulai dan menempuhnya.
5. Pahala melaksanakan sila :
• Bebas dari penyesalan
• Bebas dari penyesalan menimbulkan kebahagiaan
• Kegembiraan dapat menimbulkan kegiuran (piti)
• Kegiuran dapat menimbulkan ketenangan (passadi)
• Ketenangan akan menimbulkan pemusatan pikiran (ekaggata)
• Pemusatan akan menimbulkan pengetahuan mengenai kesunyataan (anulomanana)
• Pengetahuan mengenai kesunyataan akan mendorong untuk mencari kebenaran (muncitukannyata nana)
• Usaha untuk mencari kebebasan akan mendapatkan pengetahuan tentang kebebasan (nibbana nana)
• Pengetahuan tentang kebebasan akan membawa orang kepada kebebasan (nibbana).
S I L A BUDHHIST
1. Pengertian Sila
1) Kehendak atau sikap batin yang tercetus sebagai ucapan benar dan perbuatan benar.
2)
Cara untuk mengendalikan diri dari segala bentuk-bentuk pikiran yang
tidak baik atau merupakan usaha untuk membebaskan diri dari Lobha, Dosa,
dan Moha.
2. Sila dalam Kitab Suci Tipitaka
Kitab Suci
Tipitaka berisi ajaran Sang Buddha, yaitu tentang Sila, Samadhi, dan
Pabba. Banyak sekali Sutta yang menegaskan tentang hal tersebut, di
antaranya :
1) Dhammacakkappavattana Sutta 6) Sonadanda Sutta
2) Cullavedala Sutta 7) Rathavinita Sutta
3) Brahmajala Sutta 8) Vyagghapajja Sutta
4) Samannaphala Sutta 9) Sigalovada Sutta
5) Ambattha Sutta 10) Mangala Sutta, dan masih banyak lagi.
3. Ciri, fungsi, wujud, dan sebab-sebab terdekat yang menimbulkan Sila
1) Ciri (Lakkhana) dari Sila adalah ketertiban dan ketenangan.
2) Fungsi (Rasa) dari Sila adalah :
- Pertama, menghancurkan kelakuan yang salah (Dussiliya)
- Kedua, menjaga seseorang agar tetap tidak bersalah (Anavajja)
Atau secara ringkasnya :
- Menghancurkan kejahatan
- Memperbaiki perbuatan-perbuatan salah
- Menjaga, atau memelihara, atau mempertahankan perbuatan baik
3) Wujud (Paccupatthana) dari Sila adalah kesucian (Soceyya).
4)
Sebab terdekat yang menimbulkan (Padatthana) Sila atau hal-hal yang
langsung dapat membantu terwujudnya Sila adalah Hiri dan Ottappa.
Hiri dan Ottappa adalah Dhamma pelindung dunia (Lokapaladhamma).
4. Pelaksanaan Sila
1) Dengan pengendalian diri (Samvara)
- Patimokkha Samvara
- Sati Samvara
- Bana Samvara
- Khanti Samvara
- Viriya Samvara
Sedangkan
cara untuk mengendalikan diri dari segala pikiran, ucapan, dan
perbuat-an yang tidak baik dapat juga digolongkan dalam tiga cara, yaitu
:
- Sikkhapada : melaksanakan latihan-latihan pengendalian diri
- Carita Sila : melaksanakan hal-hal yang baik
- Varitta Sila : menghindari hal-hal yang tidak baik
2) Dengan pantangan (Viratti)
- Sampatti Viratti : pantangan seketika
- Samadana Viratti : pantangan karena janji
- Samuccheda Viratti : pantangan mutlak
5. Ciri orang yang melaksanakan Sila
1) Sikap dan tingkah lakunya sopan
2) Bisa melihat ke dalam diri sendiri, apakah diri sendiri ini berhasil atau tidak dalam menjalankan atau melatih Sila
6. Pembagian Sila
1) Menurut jenis
- Pabbati Sila
Melatih
mengendalikan diri dengan jalan mentaati atau patuh terhadap
peraturan-peraturan dari luar, misalnya undang-undang, dan sebagainya
- Pakati Sila
Sila
yang alamiah, yaitu cara pengendalian diri yang dipakai untuk
membersihkan batin, seperti Sila dalam Jalan Mulia Berunsur Delapan.
Atau, Sila yang selalu dilaksanakan terus menerus sehingga menjadi kebiasaan (alamiah)
2) Menurut besar – kecil tujuan atau maknanya
- Hina Sila : dilaksanakan dengan mengharapkan pengikut atau kedudukan
- Majjhima Sila : dilaksanakan dengan mendambakan jasa kebajikan
- Panita Sila : dilaksanakan dengan pengertian bahwa ini adalah suatu hal yang
benar-benar patut dilaksanakan
3) Menurut penggolongan umat Buddha
- Bhikkhu Sila
- Bhikkhuni Sila
- Anupasampanna Sila
- Gahattha Sila
7. Uraian Panca Sila
A. Sila Pertama ; menahan diri dari membunuh makhluk hidup
a. Ada lima faktor untuk dapat disebut membunuh
1) Ada makhluk hidup
2) Mengetahui bahwa makhluk itu masih hidup
3) Berpikir untuk membunuhnya
4) Berusaha untuk membunuhnya
5) Makhluk itu mati sebagai akibat dari usaha tersebut
b. Obyek dari pelanggaran Sila Pertama
1) Manusia
2) Binatang
- Binatang berguna
- Binatang tak berguna
* Yang merugikan
* Yang tak merugikan
c. Maksud (motif) dari pelanggaran Sila Pertama
1) Direncanakan (sengaja)
2) Tak dikehendaki
- Dorongan sesaat (mendadak)
- Mempertahankan diri
- Kecelakaan
d. Usaha dari pelanggaran Sila Pertama
1) Dikerjakan langsung
2) Dengan tak langsung
e. Hal-hal lain yang dapat dikategorikan pelanggaran Sila Pertama yang harus juga kita hindari
1) Membunuh manusia dan hewan
2) Menyiksa manusia dan hewan
3) Menyakiti jasmani manusia dan hewan
f. Akibat dari melanggar Sila Pertama
1) Lahir kembali dalam keadaan cacat
2) Mempunyai wajah yang buruk
3) Mempunyai perawakan yang jelek
4) Berbadan lemah, berpenyakitan
5) Tidak begitu cerdas
6) Selalu khawatir/cemas, takut
7) Dimusuhi dan dibenci banyak orang, tidak mempunyai pengikut
8) Terpisahkan dari orang yang dicintai
9) Berusia pendek
10) Mati dibunuh orang lain
B. Sila Kedua : menahan diri dari mengambil sesuatu yang tidak diberikan
a. Ada lima faktor untuk dapat disebut mencuri
1) Ada sesuatu / barang / benda milik pihak lain
2) Mengetahui bahwa barang itu ada pemiliknya
3) Berpikir untuk mencurinya
4) Berusaha untuk mencurinya
5) Berhasil mengambil barang itu melalui usaha tersebut
b. Usaha dari pelanggaran Sila Kedua
1) Pencurian secara langsung
- Mencuri - Pemalsuan
- Merampas - Berbohong (memungkiri harta benda yang dititipkan)
- Memeras - Mencopet
- Merampok - Menukar barang
- Gugatan palsu - Menyelundup dan menghindari pajak
- Penipuan - Penggelapan
2) Pencurian tak langsung
- Berlaku sebagai kaki tangan (tukang tadah)
- Merayu untuk menipu
- Menerima suapan (pungli)
c. Hal-hal lain yang dapat dikategorikan pelanggaran Sila Kedua yang harus juga kita hindari
1) Penghacuran barang orang lain dengan sengaja untuk balas dendam
2) Mempergunakan barang dengan sewenang-wenang
d. Akibat dari melanggar Sila Kedua
1) Tidak begitu mempunyai harta benda dan kekayaan
2) Terlahirkan dalam keadaan melarat atau miskin
3) Menderita kelaparan
4) Tidak berhasil memperoleh apa yang diinginkan dan didambakan
5) Menderita kebangkrutan atau kerugian dalam usaha dagang
6) Sering ditipu atau diperdayai
7) Mengalami kehancuran karena bencana atau malapetaka
e. Kebahagiaan yang dimiliki oleh orang yang mencari nafkah secara benar
1) Rasa bangga memiliki barang (harta) secara sah
2) Bebas dari beban yang membuat ia harus hidup bersembunyi
3) Sewaktu mempergunakan hartanya itu ia tidak tertekan batinnya
4) Hal itu memperkuatnya untuk tidak jatuh ke dalam cara-cara hidup yang jahat lainnya.
C. Sila Ketiga : menahan diri dari pemuasan nafsu seks dengan cara yang salah
a. Ada empat faktor untuk dapat disebut berzinah
1) Ada obyek yang tidak patut digauli
2) Mempunyai pikiran untuk menyetubuhi obyek tersebut
3) Berusaha menyetubuhi
4)
Berhasil menyetubuhi, dalam arti berhasil memasukkan alat kemaluannya
ke dalam salah satu dari tiga lubang (mulut, anus, atau liang peranakan)
walau-pun hanya sedalam biji wijen
b. Obyek dari pelanggaran Sila Ketiga
1) Obyek yang menyebabkan pelanggaran Sila Ketiga oleh laki-laki
- Wanita yang telah menikah
- Wanita yang masih di bawah pengawasan atau asuhan keluarga
- Wanita yang menurut kebiasaan (adat istiadat) dilarang, yaitu :
* Mereka dilarang karena tradisi keluarga, masih dalam satu garis keturun-an yang dekat
*
Mereka dilarang karena tradisi (peraturan) agama. Dalam tradisi
Therava-da disebutkan : Upasika Atthasila, bhikkhuni di jaman dulu
* Mereka dilarang karena hukum negara pada jaman dulu, misalnya selir raja
2) Obyek yang menyebabkan pelanggaran Sila Ketiga oleh wanita
- Laki-laki yang telah menikah
- Laki-laki yang berada di bawah peraturan agama, misalnya bhikkhu, sama-nera
c. Hal-hal lain yang dapat dikategorikan pelanggaran Sila Ketiga yang harus juga ki-ta hindari
1) Berzinah (melakukan hubungan kelamin bukan dengan suami/isterinya)
2) Berciuman dengan lain jenis kelamin yang disertai nafsu berahi
3) Menyenggol, mencolek, dan sejenisnya yang disertai dengan nafsu berahi
d. Akibat dari melanggar Sila Ketiga
1) Mempunyai banyak musuh
2) Dibenci banyak orang
3) Sering diancam dan dicelakai
4) Terlahirkan sebagai banci/waria atau wanita
5) Mempunyai kelainan jiwa
6) Diperkosa orang lain
7) Sering mendapat aib/malu
8) Tidur maupun bangun dalam keadaan gelisah
9) Tidak begitu disenangi oleh laki-laki maupun perempuan
10) Gagal dalam bercinta
11) Sukar mendapat jodoh
12) Tidak memperoleh kebahagiaan dalam hidup berumah-tangga
13) Terpisahkan dari orang yang dicintai
D. Sila Keempat : menahan diri dari berkata yang tidak benar
a. Ada empat faktor untuk dapat disebut berdusta
1) Ada sesuatu hal yang tidak benar
2) Mempunyai pikiran untuk berdusta
3) Berusaha berdusta
4) Pihak lain mempercayainya
b. Usaha dari pelanggaran Sila Keempat
1) Kebohongan langsung
- Bohong terang-terangan
* Menghasut
* Menipu/memperdayai
* Menjilat
* Pembatalan
- Pelanggaran sumpah/ikrar
- Muslihat/tipu daya
- Munafik, perbuatan pura-pura
- Permainan kata-kata secara licin
- Melebih-lebihkan
- Menyembunyikan/mengurangi
2) Kebohongan tak langsung
- Kata-kata melukai
* Sarkasme (pujian tajam)
* Penghinaan (merendahkan)
- Kebohongan tak terpikir
- Sindiran untuk menimbulkan perselisihan
3) Melanggar janji
- Perjanjian antara dua pihak
- Perjanjian satu pihak
- Pembatalan kata-kata
c. Hal-hal lain yang dapat dikategorikan pelanggaran Sila Keempat yang harus juga kita hindari
1) Euphemisme (basa-basi)
2) Cerita (perumpamaan atau kiasan)
3) Salah pengertian
4) Salah ucapan
d. Akibat dari melanggar Sila Keempat
1) Bicaranya tidak jelas
2) Giginya jelek dan tidak rata/rapi
3) Mulutnya berbau busuk
4) Perawakannya tidak normal, terlalu gemuk atau kurus, terlalu tinggi atau pen-dek
5) Sorot matanya tidak wajar
6) Perkataannya tidak dipercayai walaupun oleh orang-orang terdekat atau ba-wahannya
E. Sila Kelima : menahan diri dari menggunakan makanan/minuman yang dapat menyebabkan lemahnya kewaspadaan
a. Ada empat faktor untuk dapat disebut mabuk-mabukan
1)
Ada sesuatu yang merupakan Sura, Meraya, atau Majja; yaitu sesuatu yang
membuat nekat, mabuk, tak sadarkan diri, yang menjadi dasar dari
kelengahan dan kecerobohan
2) Mempunyai keinginan untuk menggunakannya
3) Menggunakannya
4) Timbul gejala mabuk atau sudah menggunakannya (meminumnya) hingga ma-suk melalui tenggorokan
b. Obyek yang menyebabkan pelanggaran Sila Kelima
1) Segala jenis minuman/makanan yang memabukkan
2) Barang yang bila digunakan/dimasukkan di dalam tubuh bisa membuat kita ti-dak sadar dan ketagihan
c. Hal-hal lain yang dapat dikategorikan pelanggaran Sila Kelima yang harus juga kita hindari
- Makan/minum sampai terlalu kenyang (kekenyangan) sehingga bisa mengaki-batkan muntah-muntah
d. Keburukan-keburukan dari makanan/minuman yang memabukkan
1) Pemborosan uang karena keinginan yang tak terkendali
2) Menjadi sebab untuk timbulnya pertengkaran dan perkelahian
3) Menjadi sebab untuk timbulnya penyakit, bukan sebagai penawar
4) Sebab utama dari timbulnya noda nama baik keluarga
5) Hilangnya pengendalian diri
6) Menimbulkan gangguan pada fungsi otak
e. Akibat dari melanggar Sila Kelima (melakukan pemabukan)
1)
Dalam Avguttara Nikaya, Sutta Pitaka, Sang Buddha Gotama menekankan
be-tapa besar akibat negatif yang ditimbulkan dari pemabukan:”Duhai para
bhik-khu, peminum minuman keras secara berlebihan dan terus menerus
niscaya dapat menyeret seseorang dalam alam neraka, alam binatang, alam
iblis. Aki-bat paling ringan yang ditanggung oleh mereka – yang karena
kebajikan lain, terlahirkan sebagai manusia – ialah menjadi orang
gila/sinting”.
2) Dalam bagian lain Beliau juga mengatakan:”Ada tiga
macam hal, duhai para bhikkhu, yang apabila dilakukan tidak pernah dapat
membuat kenyang. Apa-kah tiga macam hal itu? Tiga macam hal itu ialah
bertiduran, bermabuk-ma-bukan, dan bersetubuhan”.
3) Terlahirkan
kembali sebagai orang gila; tingkat kesadaran/kewaspadaannya rendah;
tidak memiliki kecerdasan; tidak mempunyai banyak pengetahuan; bersifat
ceroboh; pikun; pemalas; sulit mencari pekerjaan; sukar memperoleh
kepercayaan orang lain.
8. Uraian Panca Dhamma
Kalau Panca
Sila bersifat negatif, maka Panca Dhamma (Lima Sifat Mulia) adalah
ber-sifat positif, karena itu disebut pula sebagai Kalyana Dhamma, yaitu
yang akan memu-liakan (mendukung) mereka yang mempraktekkan Sila. Panca
Dhamma ini ada lima, yang masing-masing berhubungan secara berpasangan
dengan Sila-Sila yang terda-pat di dalam Panca Sila.
1) Metta Karuna (cinta kasih dan belas kasihan)
2) Samma Ajiva (berpikiran untuk bermatapencaharian benar)
3) Santutthi (puas dalam hal nafsu berahi)
- Sadarasantutthi (seorang laki-laki puas hanya dengan satu isteri)
- Pativatti (seorang isteri setia hanya kepada satu suami)
4) Sacca (kejujuran/kebenaran)
5) Sati-sampajabba (ingat dan waspada)
- Waspada dalam makanan
- Waspada dalam pekerjaan
- Waspada dalam kelakuan seseorang
- Waspada dalam hakekat hidup
9. Pahala dari Sila
1) Secara umum
- Dapat melaksanakan Sila dengan baik, maka akan bebas dari penyesalan (kare-na bisa menjaga Sila dengan baik)
- Bebas dari penyesalan menimbulkan kegembiraan
- Kegembiraan dapat menimbulkan kegiuran (Piti)
- Kegiuran dapat menimbulkan ketenangan (Passadi)
- Ketenangan dapat menimbulkan kebahagiaan (Sukha)
- Kebahagiaan dapat menimbulkan pemusatan pikiran (Ekaggata)
- Pemusatan pikiran akan menimbulkan ‘pengetahuan mengenai kebenaran mu-tlak’ (Anuloma-bana)
- Pengetahuan mengenai kebenaran mutlak akan mendorong untuk ‘mencari kebe-basan’ (Muncitukamyata-bana)
- Usaha dalam mencari pembebasan akan mendapatkan ‘pengetahuan tentang ke-bebasan’ (Nibbana-bana)
- Pengetahuan tentang kebebasan akan membawa orang ke dalam ‘kebebasan’ (Nibbana)
2) Avguttara Nikaya IV (halaman 99)
Sang Buddha bersabda kepada Ananda sebagai berikut:”Ananda, Sila memiliki tia-da penyesalan sebagai tujuan dan buahnya”.
3) Mahaparinibbana Sutta
Sang Buddha berkata kepada Upasaka-Upasika tentang pahala dari Sila sebagai berikut:
- “Sila menyebabkan seseorang memiliki harta kekayaan yang banyak
- Nama dan kemashurannya akan tersebar luas
-
Dia dapat menghadiri setiap pertemuan tanpa ketakutan atau
keragu-raguan ka-rena dia menyadari bahwa dia tidak akan dicela atau
didakwa orang banyak
- Sewaktu meninggal batinnya tentram, dan
- Akan terlahir dalam suatu tempat yang membawa kebahagiaan”.
4) Digha Nikaya II (halaman 69 – 70)
Sang
Buddha bersabda kepada para bhikkhu sebagai berikut:”Jika seorang
bhikkhu ingin dicintai dan dihormati oleh sesama bhikkhu, maka dia harus
menjalankan Sila”.
Kutipan-kutipan tersebut di atas merupakan sebagian kecil tentang pahala dari Sila yang dibabarkan oleh Sang Buddha sendiri.
Sila
adalah dasar dari penghidupan yang benar dari perumahtangga untuk
mencapai kehidupan surga. Namun, tujuan tertinggi pelaksanaan Sila
adalah perealisasian Nib-bana. Oleh sebab itu, ciri-ciri Sila adalah
juga merupakan ‘jalan’ untuk merealisasi Nib-bana.
10. Tambahan penjelasan
A. Atthavga Sila (delapan macam peraturan / tata susila)
1) Panatipata vermani
Menghindari membunuh makhluk hidup apapun juga
2) Adinnadana veramani
Menghindari mengambil barang/sesuatu yang tidak diberikan
3) Abrahmacariya veramani
Menghindari melakukan hubungan kelamin
4) Musavada veramani
Menghindari mengucapkan kata-kata yang tidak benar
5) Surameraya-majjapamadatthana veramani
Menghindari menggunakan segala minuman/makanan yang dapat menyebabkan ketagihan dan lemahnya kewaspadaan
6) Vikalabhojana veramani
Menghindari makan pada waktu yang tidak tepat, yaitu lewat tengah hari
7) Naccagitavadita-visukadassana-malagandhavilepana-dharanamandana-vibhusa-natthana veramani
Menghindari
menari, menyanyi, bermain musik, pergi melihat pertunjukkan/per-mainan;
tidak memakai bunga-bungaan, wangi-wangian, kosmetik, atau perhias-an
lain yang tujuannya untuk menghias atau mempercantik diri
8) Uccasayana-mahasayana veramani
Menghindari menggunakan tempat tidur dan tempat duduk yang tinggi, besar, dan mewah
B. Dasa Sila (sepuluh macam peraturan / tata susila)
1) sampai dengan 6) sama dengan Atthavga Sila
7) Naccagitavadita-visukadassana veramani
Menghindari menari, menyanyi, bermain musik, dan melihat pertunjukan
8) Malagandhavilepana-dharanamandana-vibhusanatthana veramani
Menghindari memakai bunga-bungaan, wangi-wangian, kosmetik, atau perhias-an bersolek lainnya
9) Uccasayana-mahasayana veramani
Menghindari menggunakan tempat duduk dan tempat tidur yang tinggi, besar, dan mewah
10) Jataruparajata-patiggahana veramani
Menghindari menerima emas dan perak (yang juga berarti ‘uang’)