Ketika sedang di depan televisi, terlihat dengan jelas bagaimana situasi tanah air saat ini yang diwarnai dengan peristiwa kekerasan, kerusuhan, krisis moneter, pertarungan politik, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa ini sedang berada dalam arus reformasi, dimana dituntut suatu perubahan sistem secara teratur dan sistematis. Proses reformasi ini memakan korban yang tidak sedikit jumlahnya. Namun yang dibahas disini bukanlah reformasi seperti ini, namun yang dimaksud adalah reformasi sangat diperlukan oleh setiap orang, yang akan merubah tatanan berpikir seseorang, yang akan membawa kebahagiaan bagi setiap orang. Reformasi ini adalah Reformasi Batin kita sendiri.
Pada Awalnya
Saat Sang Boddhisatta sedang mencari obat untuk
mengatasi lahir, tua, sakit dan mati, beliau mempraktekkan cara-cara yang biasa
dilakukan oleh para pertapa, Brahmana, maupun para Resi di masa tersebut. Sang
Boddhisatta bertekad bahwa beliau tidak akan menyerah walaupun darah beliau
mengering, badannya menjadi sangat kurus seperti tengkorak hidup akibat bertapa
menyiksa diri dengan sangat keras. Suatu saat Sang Boddhisatta menyadari bahwa
jalan yang ditempuh keliru, beliau kemudian melepaskan keterikatan pada
pandangan yang salah. Beliau menyadari bahwa jalan yang dilaksanakan adalah
jalan yang salah. Reformasi telah terjadi, beliau melepaskan keterikatan pada
pandangan yang salah. Kemudian beliau mencari sendiri dan menemukan jalan
tengah untuk mencapai penerangan sejati dan menjadi seorang Buddha.
Masa kini
Kini, jaman sudah jauh berbeda dengan jaman
ketika Sang Buddha Gotama hidup. Dahulu kalau seseorang ingin berkunjung ke
tempat lainnya, memerlukan waktu yang lama, bahkan bisa berhari-hari. Sekarang
orang dengan mengendari kendaraan bermotor, dapat dengan cepat sampai di
tujuan. Bahkan untuk jarak yang sangat jauhpun dapat ditempuh dengan waktu yang
singkat dengan pesawat terbang. Dahulu, sangat sulit bagi seseorang bila ingin
bercakap-cakap kalau tidak bertatap muka. Sekarang walaupun seseorang terpisah,
orang tersebut tetap dapat bercakap-cakap dengan pesawat telpon. Jaman yang
modern ini telah juga membawa kemajuan yang sangat pesat di bidang pengelolaan
sumber daya alam, ilmu pengobatan, serta semua fasilitas hiburan yang bahkan
tidak pernah dibayangkan oleh orang-orang yang hidup pada masa 20-30 tahun yang
lalu.
Singkatnya Ilmu pengetahuan dan teknologi telah
membuat dunia ini semakin maju dan menjadi semakin sempit. Kemajuan jaman ini
juga menuntut setiap orang yang berkecimpung di dalamnya untuk survive atau
menyesuaikan diri sehingga dapat menjaga kelangsungan hidupnya. Dalam menjaga
kelangsungan hidupnya, setiap individu dituntut untuk berusaha lebih keras,
sehingga tidak terlindas oleh kemajuan jaman. Tuntutan jaman yang lebih keras
ini akan menyebabkan timbulnya berbagai masalah bagi dirinya sendiri maupun
orang lain. Sehingga timbullah suatu penyakit yang tidak pernah dirasakan oleh
orang-orang terdahulu, yang kini dikenal dengan penyakit Stress.
Saat ini, banyak sekali manusia modern, terutama
yang hidup di kota-kota besar, walaupun memiliki semua kemudahan dan fasilitas
hiburan yang sangat beragam namun tidak pernah memuaskan mereka. Diibaratkan
seperti seseorang yang meneguk air laut, semakin banyak di teguk, semakin haus
saja rasanya. Perjuangan untuk hidup di jaman modern ini menuntut kerja yang
lebih giat, sehingga timbulah ketegangan-ketegangan.Disamping itu aktivitas
sehari-hari yang monoton juga menyebabkan seseorang terjebak dalam lingkaran
kebosanan yang tidak habis-habisnya. Ketegangan dan kebosanan ini biasanya
dikendurkan melalui aktivitas-aktivitas yang positif melalui relaksasi dan
rekreasi. Berolahraga, mendaki gunung, rekreasi ke luar kota maupun mengunjungi
tempat-tempat hiburan merupakan sarana untuk mengendurkan urat saraf yang
lelah. Banyak juga yang mencari aktivitas yang negatif, seperti mengkonsumsi
minuman keras dan obat-obat terlarang.
Cara-cara semacam ini dapat menghilangkan
ketegangan dan kebosanan dalam kehidupan sehari-hari, namun hanya bersifat
sementara. Semakin seseorang tenggelam dalam hiburannya, maka dia akan semakin
merasa tidak puas. Tidak pernah ada pemuasan dari indera-indera kita. Biasanya
akan timbul ketegangan yang lebih hebat lagi dibandingkan dengan sebelumnya,
sehingga orang tersebut akan menuntut hiburan yang lebih dan lebih lagi. Kalau
memang demikian siapa yang disalahkan ? Jaman yang modern ?, tuntutan pekerjaan
untuk hidup ?, orang di sekitar kita ? Ilmu pengetahuan ? atau diri kita
sendiri ?
Diri Sendiri
Kalau seseorang mau melihat dirinya dengan jujur
dan benar, maka akan diketahui bahwa dari diri sendirilah semua masalah dan
ketegangan itu timbul. Oleh diri sendirilah penderitaan muncul dan oleh diri
sendirilah penderitaan dapat dihilangkan. Sang Buddha dalam kitab Dhammapada
mengatakan bahwa ‘ Pikiran adalah pelopor, pikiran adalah pemimpin, bila
seseorang berbuat dengan pikiran bajik, maka kebahagiaan yang akan
diperolehnya, sebaliknya bila seseorang berbuat dengan pikiran yang buruk,
penderitaaanlah yang akan diperolehnya’. Sehingga hanya orang yang dapat
MENGENDALIKAN PIKIRANNYA- lah yang dapat mendapatkan kebahagiaan. Jaman boleh
saja berubah, fasilitas dan sarana boleh saja bertambah maju dan modern, namun
dari dahulu kala hingga saat ini semua permasalahan manusia selalu berawal dari
pikirannya sendiri. Pikiran yang tidak pernah dilatih pasti selalu menimbulkan
masalah. Oleh sebab itu kalau seseorang menyadari dengan baik, dia tidak akan
menyalahkan orang lain atas segala kondisi yang ada, sehingga tidak akan pernah
ada ketegangan-ketegangan dan kebosanan dalam hidupnya.
Namun sungguh sulit untuk dapat mengendalikan
pikiran sendiri. Dalam Dhammapada, Sang Buddha menyatakan bahwa seseorang yang
mampu menaklukkan beribu-ribu musuh di medan peperangan tidak dapat
dibandingkan dengan seseorang yang mampu menaklukkan dirinya sendiri. Untuk
dapat mengendalikan diri sendiri diperlukan suatu LATIHAN yang teratur. Latihan
ini bukanlah program satu dua hari, satu dua bulan atau hanya dilaksanakan
untuk beberapa tahun. Namun latihan ini adalah program untuk seumur hidup. Dari
tahap inilah REFORMASI BATIN dimulai. Reformasi batin inilah yang nantinya akan
membawa seseorang mampu mengatasi masalahnya sendiri dalam kehidupan
sehari-hari, bahkan pada tingkat yang lebih tinggi lagi dapat membawa seseorang
pada pemahaman yang sejati dari semua yang ada.
Reformasi batin ini harus dimulai dengan mengubah
pola pikir seseorang bahwa semua permasalahan berasal dari dirinya sendiri.
Reformasi berpikir ini akan mengantar seseorang pada sikap sabar dan toleran
dalam menjalani latihan. Ini merupakan suatu hal yang sangat mudah untuk diucapkan,
namun sangat sulit untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Sang Buddha
menyatakan bahwa sabar adalah tapa yang paling tinggi, sehingga tidaklah salah
bila mengatakan kesabaran adalah hal yang tidak mudah dilakukan oleh setiap
orang. Setelah seseorang dapat mengubah pandangan salahnya, maka ia akan
menjadi lebih mudah dalam menjalani latihan untuk mengendalikan pikirannya
sendiri.
EGO
Kalau seseorang mau menyelidiki pikiran sendiri,
maka ia akan menjumpai masalah klasik yang sama, dimana ketegangan dan
kebosanan selalu timbul bila pikiran meminta sesuatu kepada orang lain.
Biasanya seseorang berpikir ‘Apa yang bisa dia berikan kepada saya ? ‘ Jarang
sekali seseorang mau berpikir ‘Apa yang bisa saya berikan kepadanya ?’ Ego
inilah yang sering membawa kita kepada banyak masalah yang pada akhirnya
menimbulkan stres, bosan dan sebagainya… Oleh karena itu untuk mengendalikan
pikiran agar terbebas dari semua masalah yang ada, diperlukan REFORMASI CARA
BERPIKIR sehingga sedikit demi sedikit seseorang akan mampu melepaskan diri
dari pikiran yang selalu mementingkan diri sendiri. Untuk itu setiap orang
harus mempunyai pola pikir yang MELEPAS, bukan MEMINTA.
LATIHAN MELEPAS
Cara yang paling mudah adalah dengan cara
BERDANA. Berdana adalah melepas sebagian bahkan seluruh milik kita untuk
kebahagiaan orang lain. Yang paling penting dari berdana ini adalah pikiran
selalu terlatih untuk melepas, sehingga ego semakin lama akan semakin
berkurang. Cara yang lebih tinggi adalah dengan melaksanakan moralitas atau
SILA. Melatih diri untuk tidak membunuh berarti melepas kekejaman seseorang
untuk menghilangkan nyawa mahluk lainnya. Melatih diri untuk tidak mengambil
barang yang tidak diberikan berarti melepas keserakahan seseorang terhadap
milik orang lain. Melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan asusila, berarti
melepas keinginan-keinginan yang tidak patut. Melatih diri untuk tidak
mengeluarkan ucapan yang tidak benar berarti melepas keinginan untuk berbohong
dan menjelekkan orang lain. Melatih diri untuk tidak minum minuman keras yang
memabukkan berarti melepas keinginan akan benda-benda yang dapat menghilangkan
kesadaran. Ke-lima sila inilah yang akan menyebabkan seseorang menjadi harmoni
dengan orang lainnya dan kelima sila ini selalu berintikan pada pikiran yang
MELEPAS. Latihan yang lebih tinggi lagi adalah MEDITASI. Meditasi akan melihat
dan menganalisa pikiran secara langsung pada pusatnya. Meditasi inilah yang
akan membawa seseorang pada pemahaman akan kehidupan ini beserta semua
aspeknya.
PENUTUP
Melepas berarti berusaha untuk tidak melekat,
mengetahui sifat-sifatnya dengan jelas dimana semuanya itu bersifat selalu
berubah(Anicca), tidak memuaskan (Dukkha) dan tanpa inti (Anatta). Semua sarana
dan fasilitas yang ada di kehidupan modern ini tidak akan menjadi musuh, tidak
akan menjadi sesuatu yang menakutkan dan tidak akan ada alasan untuk timbulnya
ketegangan dan kebosanan, karena pikiran sudah dapat dikendalikan sehingga tidak
lagi mementingkan diri sendiri serta mampu untuk melepas. Pada saat inilah
kebahagiaan sejati akan timbul, kebahagiaan yang timbul dari MELEPAS, bukan
dari benda-benda yang ada.Inilah REFORMASI BATIN yang sangat diperlukan oleh
manusia modern saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar