Selasa, 16 Desember 2014

PENGENALAN MAHAYANA DAN RITUALNYA

Mahayana secara harafiah mempunyai arti:
            Maha   : berarti besar, luas, agung
            Yana    : berarti kendaraan atau kereta.
Mahayana berarti kendaraan besar yang mengangkut pengemudi bersama penumpangnya mencapai suatu tempat tujuan yang sama. Ajaran Buddha membimbing penganut-Nya seperti sebuah kendaraan besar yang mengangkut pengemudinya bersama-sama para penumpangnya mencapai tempat tujuan yang sama yaitu NIRVANA.
Asal Usul Mahayana
1.Setelah Buddha Parinirvana barulah timbul pengelompokkan sekte-sekte. Tidak lama setelah Buddha Parinirvana diadakan: Konsili I di Rajagraha (membahas Dharma dan Vinaya) 543 SM 500 Arahat menyusun kembali Doktrin ajaran Buddha.
2.Konsili II di Vaisali 443 SM masa raja Ajatasatu sebagian merasa perlu merubah beberapa aturan kecil sebagian tidak. Timbul tradisi yang berbeda Sthaviravada(Theravada 247 SM) dan Mahasanghika (Mahayana 150 SM-100 M).
3.Konsili III di Pataliputta pada tahun masa Raja Asoka membahas pendapat yang dianut oleh Sangha.
4.Munculnya Mahayana yang dipelopori oleh NAGARJUNA dan ARYA DEVA
5.Konsili IV (Titik Perkembangan Mahayana)
6.Tahun 78 SM di Kashmir dipimpin oleh Vasumitra dan Asvagosa dilaksanakan atas anjuran Raja Kanisha. Merupakan titik awal perkembangan Mahayana, dimana konsili IV ini tidak dihadiri oleh golongan Sarvastivada yang merupakan sesepuh dari Theravada.
•  Buddha Dharma hanya ada satu yaitu ajaran Sakyamuni Buddha yang berdasarkan cara atau metode latihan diri untuk menjadi Buddha.
•  Buddha Dharma dibagi menjadi 2 tingkat sebagai upaya untuk kemudian memberi bimbingan kepada para umat yaitu:
•  Ajaran yang membimbing umatnya menjadi Arahat dan Pratyeka Buddha disebut sebagai Hinayana/Theravada (Ajaran dasar).
•  Ajaran yang membimbing umatnya menjadi Bodhisattva dan Samyak-Sambuddha disebut sebagai Mahayana (Ajaran yang diperluas)
Ciri-Ciri Mahayana:
•    Mempergunakan bahasa Sansekerta/Mandarin
•    Lebih bersifat religi dan filosofis
•    Pencapaian nirvana melalui pengetahuan sempurna
•    Setiap makhluk memiliki sifat kebuddhaan
•    Semua manusia tergolong Bodhisattva
•    Dukkha yang merupakan suatu ciri dari kehidupan hanyalah bersifat maya.
•    Mengajarkan tentang yang absolut atau yang sunyata
•    Buddha historis seperti Buddha Gotama merupakan proyeksi atau pancaran dari Yang Absolut.
•   Pembebasan tidak hanya tercapai dengan usaha sendiri tapi juga melalui bantuan makhluk lain.
•   Bercita-cita menjadi Bodhisattva untuk membebaskan setiap makhluk, daripada mencapai Arahat, keselamatan pribadi.
Pengertian Bodhicitta
Bodhicitta adalah kesadaran Buddha yang dimiliki oleh setiap makhluk. Bodhicitta merupakan pondasi, sumber dari macam munculnya kebaikan, sumber dari usaha dan kebahagaiaan serta sumber  dari kesucian, terdiri dari:
•   Bodhi Pranidhi Citta: tingkat persiapan pencapaian kebuddhaan.
•   Bodhi Prastana Citta: tingkat pelaksanaan sesungguhnya dalam menuju cita-cita.  
Tiga kualitas yang menjadi ciri Bodhisattva:
1. Cita-citanya yang teguh untuk membebaskan semua makhluk dari penderitaan samsara.
2. Pikirannya yang tak tergoyahkan
3. Usahanya yang tak mengenal menyerah
Upaya Kausalya
Upaya Kausalya adalah metode dalam Mahayana untuk menerangkan Dharma Sang Buddha, metode ini sifatnya praktis. Misalnya ketika penyebaran Agama Buddha tersebar kedaerah-daerah lain, maka dengan tanpa mengubah nilai spiritual yang terkandung ajaran, digunakan metode yang lincah dan lunak untuk membimbing umat mencapai pengertian pada Buddha Dharma.
•  Upaya Kausalya dipergunakan metode yang beragam dan bervariasi, apakah dengan puja bhkati, pembacaan doa, upacara agama, pembakaran dupa, fangsen dan pemasangan lilin serta pembacaan sutra atau meditasi dll. Terserah kepada mereka dan kesanggupan umat masing-masing dalam melakukannya juga termasuk dalam pembabaran Dharma. Upaya Kausalya merupakan metode yang praktis dan sesuai dengan kondisi dan situasi. Untuk mengembangkan kebajikan, peningkatan spiritual maupun penyebaran Dharma itu sendiri demi mencapai cita-cita tinggi.
Berbagai macam cara Buddha dalam menerangkan Dharma:
1.  Sutra    : khotbah-khotbah Sang Buddha dalam menyebarkan Dharma.
2.  Gatha  : syair-syair pujaan/pujian yang mengisahkan pujaan-pujaan
3.  Ittivuttaka       : mengisahkan kehidupan lalu para siswa
4.  Jataka  : mengisahkan kehidupan Tathagata
5. Adbhuta          : mengisahkan kemujizatan Sang Buddha serta Bodhisattva.
6. Nida    : mengisahkan sebab akibat
7. Aupanya          : dengan perumpamaan yang mudah untuk menerangkan hal- hal yang
                          sukar dimengerti
8. Geya    : syair yang diucapkan untuk menyimpulkan apa yang telah diterangkan
                    semula serta menitik beratkan artinya.
9. Upadesa          : menerangkan hal-hal yang sukar dimengerti dengan cara tanya jawab. 
Bodhisattva dalam Mahayana:          
        Avalokitesvara Bodhisattva
            Berada di tengah melambangkan maitri karuna (cinta kasih)
     Manjusri Bodhisattva
            Berada disebelah kanan melambangkan panna (kebijaksanaan)
       Samanthabadra Bodhisattva
Berada di sebelah kiri dengan menunggangi seekor gajah putih melambangkan virya (semangat) dan kebahagiaan.
       Ksitigarbha Bodhisattva
Adalah Bodhisattva yang bertekad untuk menolong semua makhluk agar terbebas dari neraka, bertekad untuk mengosongkan neraka.
4 Kualitas dasar dari 4 Bodhisattva dalam Mahayana
       Avalokitesvara Bodhisattva
            Adalah sebagai lambang welas asih
       Manjusri Bodhisattva 
            Adalah sebagai lambang kebijaksanaan
       Samanthabadra Bodhisattva
            Adalah sebagai lambang kasih dan kegiatan
       Ksitigarbha Bodhisattva
Adalah sebagai lambang keagungan dalam sumpah untuk menolong dan melepaskan makhluk sengsara.
                         
Pokok-pokok Dasar Ajaran Mahayana ada 5 yaitu:
         Tri Ratna (Buddha, Dharma dan Sangha)
         4 Kesunyataan Mulia(Catvari Arya Satyani) dan 8 Jalan Utama (Hasta AryaMarga)
         Tiga Corak Universal (Anicca, Dukkha, dan Anicca)
         Hukum Pratyasamudpada
         Hukum Karma dan Kelahiran Kembali
Pengertian Bodhisattva Sila
            Bodhisattva Sila adalah aturan atau disiplin dalam Mahayana untuk melaksanakan aturan kebodhisattvaan, yang terdiri dari 58 pasal meliputi:
            1. Garukapatti (kesalahan besar) terdiri dari   10 pasal
            2. Lahukapatti (kesalahan ringan) terdiri dari             48 pasal.
Macam-Macam Penghormatan
•           Berlutut (Zan Kui)  
•           Membungkuk setengah badan (Wen Sin)  
•           Pradaksina/Rau Fo  (mengelilingi rupang Buddha)atau Stupa
•           Bernamaskhara
•           Hui Siang  
Makna Prosesi/Pradaksina
1)         Pradaksina (Sanskrit) atau Padakkhina (Pali)
2)         Pradaksina artinya berjalan dengan sikap anjali, dengan meletakkan tangan di depan dada sambil merenungkan sifat-sifat agung Tri Ratna mengelilingi altar searah jarum jam sebanyak 3 kali putaran, baik di vihara maupun candi.
3)         Hal ini bermakna bahwa setiap langkah dalam kehidupan ini, hendaknya kita selalu hormat, baik kepada guru, orang tua kita, maupun sesama makhluk hidup.
4)         Upacara Ksamayati (Pai Chan) merupakan suatu upacara pertobatan, dengan cara melakukan Namaskhara kepada para Buddha dan Bodhisattva dengan menyatakan penyesalan yang tulus atas segala tindakan buruk yang pernah dilakukan serta bertekad untuk tidak mengulangi lagi.
Sankung :
Puja ritual persembahan makanan kepada para Buddha dan Bodhisattva pada hari Uposatha (1,8,15,23) yang biasa dilakukan pada pagi hari antara jam 10.30 sampai 11.30 pagi. Tidak dilaksanakan setelah lewat jam 12 siang.
Manfaat Parinimana/Hui Siang:
1.         Seseorang yang penuh keyakinan melatih diri setelah selesai membaca sutra/paritta/gatha, memuji nama agung para Buddha dan Bodhisattva maka akan terlahir di surga Sukhavati.
2.         Parinimana dapat dilakukan pada saat-saat kita berbuat baik, dengan demikian jasa pahala kita akan bertambah.
3.         Dapat terlahir di alam manusia/dewa, atau Sukhavati alam yang penuh kebahagiaan.
4.         Isi arti Parinimana/Hui Siang
5.         Saya dengan sepenuh hati, melimpahkan jasa dan kebajikan yang diperoleh, untuk membantu memperindah tanah suci para Buddha, dengan jasa dan pahala ini pula dapat membalas empat budi besar;ayah, ibu, guru, dan Buddha. Menolong makhluk hidup yang ada di tiga alam samsara; alam binatang, alam setan kelaparan, dan alam neraka. Kalau ada makhluk yang melihat dan mendengar saya membaca sutra/paritta, semoga semuanya bertekad membangkitkan kebodhian, yaitu mencapai kebuddhaan dan menolong para makhluk, sampai akhir penghidupan ini bersama-sama lahir di alam Sukhavati.
BERBAGAI MACAM RITUAL DALAM TRADISI MAHAYANA
1.         Upacara dalam tradisi Mahayana terdiri dari hari-hari besar agama Buddha, persembahan
2.         puja, puja pagi, dan puja sore serta pertobatan.
3.         Upacara hari besar agama Buddha tradisi Mahayana diantaranya terdiri dari :
4.         Upacara hari lahirnya Pangeran Siddharta yang jatuh pada tanggal 8 bulan 4 penanggalan
5.         lunar, biasanya pada hari tersebut diadakan Puja Bhakti pencurahan air bunga pada
6.         rupang bayi Pangeran Sidharta ( I Fo)
7.         Hari hari besar Buddha dan Bodhisattva lainnya diantaranya hari besar bhaisajaguru Buddha (Akhir bulan 9 penanggalan lunar).
8.         Amitabha Buddha (tanggal 17 bulan 11 penanggalan lunar)
9.         Maitreya Bodhisattva (tanggal 1 bulan 1 penanggalan lunar) bertepatan dengan tahun baru imlek (Sin Cia)
10.       Avalokitesvara Bodhisattva (tanggal 19 bulan 2, 6 dan 9 penanggalan lunar.
11.       Mahastmaprapta Bodhisattva (tanggal 3 bulan 7 penanggalan lunar)
12.       Ksitigarbha Bodhisattva (akhir bulan 7 penanggalan lunar)
13.       Serta Buddha dan Bodhisattva lainnya. Perayaan hari-hari besar tersebut selalu ditandai dengan pembacaan sutra, mantra, pelafalan nama Buddha, persembahan puja, pemasangan pelita maupun Ksamayati/pertobatan.
14.       Hari Ulambana, yang dalam tradisi Theravada disebut hari Kathina, yaitu hari persembahan empat kebutuhan pokok kepada anggota Sangha. Dan pada sore/petang harinya diadakan acara Ta Meng San oleh anggota Sangha, jasa kebajikan dari upacara ini dipersembahkan untuk umat yang mempersembahkan empat kebutuhan pokok tersebut, beserta leluhur dan sanak keluarga yang masih hidup maupun yang telah meninggal.
Ksamayati (Pai Chan)
Ada 4 kekuatan yang dibutuhkan:
1. Kekuatan penyesalan
            Perasaan menyesal atas kesalahan yang telah dilakukannya
2. Kekuatan penawaran
            Perbuatan baik apapun dapat mengimbangi/mengikis karma buruk kita
3. Kekuatan berpaling dari kesalahan
            Kekuatan ini berupa janji untuk meninggalkan perbuatan buruk yang kita alami
4. Kekuatan landasan
Keyakinan pada Tri Ratna tidak timbul dari suatu kepercayaan buta atau pasrah saja
Persembahan ini biasanya terdiri dari 6 macam sayur dan 1 mangkok nasi ditambah dengan satu mangkok kecil nasi untuk Cu Se.
Cu Se berarti memberi makan kepada makhluk yang kelaparan dengan memvisualisasi(membayangkan) makanan yang kita berikan menjadi banyak. Di vihara yang mana banyak anggota Sangha yang menetap setiap hari dilakukan sebanyak tiga kali (pagi-siang-sore/malam).
Ritual Pai Chan yang biasa dilakukan:
•           Fak Sek Fak Fo hung Ming Pau Chan
•           Chien Fo Hung Ming Pau Chan
•           San Chien Fo Hung Ming Pau Chan
•           I Wan Fo Hung Ming Pau Chan
•           Yao She Pau Chan
•           Ta Pei Chan
•           A Mi Tho Pau Chan
•           Che Pei San Mei Sui Chan
•           Liang Huang Pau Chan
•           Cingkang Pau Chan
•           Ti Cang Chan Fa Ti Kui
Ritual Fang Sen
•           Adalah praktek menyelamatkan hewan dari bahaya, kematian dan penderitaan.
•           Berarti melepaskan makhluk hidup ke alam bebas (habitatnya).
•           Fangsen dilakukan atas dasar cinta kasih, dengan melakukan fangsen berarti kita melatih diri kita untuk membangkitkan metta yang ada dalam diri kita masing-masing.
•           Melepaskan makhluk hidup itu merupakan suatu berkah yang besar karena kita telah memberi kesempatan hidup lebih lama kepada mereka.
FANG SEN
   Manusia menderita sakit, nasib buruk, semua bersumber dari karma penyembelihan, cara terbaik membayar karma ini adalah membebaskan makhluk hidup dari bahaya, kematian, dan penderitaan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
•           Jangan memesan hewan yang akan di Fangsen (dilepaskan) itu terlebih dahulu.
•           Jangan membiarkan hewan tersebut di dalam kandang/kardus/ember dan sebagainya terlalu lama karena upacara yang sangat panjang, sehingga dapat menambah penderitaan bagi mereka.
SUTRA YANG SERING DIGUNAKAN DALAM KEBAKTIAN MAHAYANA
•           Leng Yen Cou
•           Ta Pei Cou – Sincing
•           Sadharma Pundarika sutra (Ta Chen Miau Fa Lian Hua cing)
•           88 Fo (Puja 88 Buddha)
•           Amitabha Sutra (A Mi Tho Cing)
•           Bhaisajyaguru Vaidurya Prabhasa Sutra (Yau She Liu Li Kuang Ru Lai Pen Yen Kung Tek Cing).
•           Vajracchedika Prajna Paramita Sutra (Cing Kang Pan Yok Po Lo Mi Cing)
•           Ta-Pei-Chan
•           Fo Chien Takung/Sangkung (Puja setiap hari uposatha 1,15,8,23).
•           Puja Ksamayati Maha Karuna Avalokitesvara
•           Fo Suo Yi Lan Phen Ching
•           Ta Pei Sin Tuo Luo Ni Cing (Mahakaruna Dharani Sutra)
•           Ksitigarbha Sutra
•           Fo Suo Ta Shen Wu Liang Sou Cuang Yen Ching Cing Phing Ten Cie Cing
•           Fo Suo Kwuan Wu Liang Sou Fo Cing
•           Cung Feng San She Si Nien (ritual rangkaian 3 waktu melafal Amitabha Sutra)
•           Ta Fang Kuang Fo Hua Yen Cing Phu Sien Sing Yen Phin
•           Fo Suo Fu Mu Eeng Cung Nan Pao Cing
•           Ta Fang Pien Fo Pao Eng Cing
•           Fang Seng Yi Kui
•           Ta Fang Kuang Fo Hua Yancing (flower adornment sutra volume 1,2,3)
•           Miau Fa Lien Hua Cing (sutra bunga teratai)
•           Ta Fo Ting Sou Len Yen Cing (Surangama Sutra)
Manfaat Parinimana/Hui Siang
1.         Hui Siang mempunyai manfaat yang besar, orang yang melatih diri setiap selesai membaca sutra/paritta/gatha memuji nama agung para Buddha dan Bodhisattva dan mengantar makhluk ke suatu tempat yaitu Sukhavati.
2.         Dapat dilakukan tidak hanya pada waktu membaca paritta/sutra saja tetapi setiap kali melakukan perbuatan baik.
Pelita Puja (Tian Ten)
•           Memasang pelita adalah suatu bentuk persembahan  puja kepada Tathagata, Buddha dan para Bodhisattva Mahasattva menyatakan menghormati, bersyukur
       dan berterima kasih kepada Yang Dimuliakan.
•           Pelita melambangkan sinar welas asih para Buddha dan Bodhisattva, pelita mengorbankan dirinya untuk memberi penerangan dalam kegelapan.
•           Pelita melambangkan berkah dan penerangan .
•           Pelita melambangkan tidak ego dan pengorbanan
•           Pelita melambangkan kebijaksanaan dan kedamaian
•           Nyalakan pelita di altar Buddha.
•           Padamkan api yang berada di dalam hati
•           Menerangi Trisuhara Loka Dhatu/jagad raya.
•           Terang muncul di dalam kegelapan, semoga diriku juga diterangi.
Semboyan Agama Buddha Mahayana Indonesia
•           Maitri Karuna, landasan kebodhian
•           Sad paramita, pedoman penghayatan
•           Menolong 6 alam tumimbal lahir
•           Melaksanakan tekad Bodhisattva
Nian Fo
Mengapa kita harus belajar
Nian Fo?
1.         Secara jujur manusia tidak luput dari kesalahan dan prilaku dosa, sehingga banyak orang yang takut bertemu dengan Dewa Yama/Giam Lo Ong
2.         Manusia khawatir terjatuh ke 3 alam samsara (Neraka, setan kelaparan dan binatang)
3.         Maka umat mulai sadar dan mau melatih diri, tetapi hanya memilih cara mudah yaitu sekte tanah suci/Nian Fo.
Maksud dan Tujuan Nian Fo
•           Melakukan pertobatan, melenyapkan karma buruk
•           Melenyapkan khayalan dan kekacauan batin
•           Menentramkan jiwa dan raga
•           Membangkitkan keyakinan, tekad dan pelaksanaan
•           Untuk dilahirkan di surga Sukhavati
•           Mencapai Anuttara Samyaksambodhi.
Pengertian dan Praktek Yang Benar
3 Syarat utama untuk terlahir di tanah suci Sukhavati:
1.         Keyakinan yang dalam
2.         Sepenuh hati (pikiran tulus)
3.         Bangkitkan tekad dan pelimpahan jasa
Ada 3 (tiga) Pintu Dharma
        Badan jasmani
        Ucapan
        dan pikiran
Melalui pikiran, ucapan dan perbuatan kepada semua orang, dari pikiran yang saling tinggi hati, penuh sayang kita mengucapkan Amitofo.
•           Melafalkan nama Buddha/Nien Fo harus dimulai dari hati, suara pujian keluar dari mulut dan didengarkan kembali oleh telinga.
•           Demikianlah pikiran mengingat, mulut melafalkan. Telinga mendengarkan, semuanya harus jelas, jernih, tenang, dan berkesinambungan, lambat laun akan memenuhi relung hati dan menjadi sepenuh hati.
4 Metode Melakukan Pelafalan Nama Buddha:
•           Dengan konsentrasi ucapan dan pendengaran
•           Dengan memusatkan konsentrasi pada rupang
•           Dengan berkonsentrasi pada 16 kemuliaan surga Sukhavati.             
•           Melepaskan pikiran dualisme, membangkitkan jiwa Buddha untuk memahami
kesunyataan
Pedoman Untuk Praktik
•           Hati murni makhluk-makhluk menjadi suci
•           Hati murni bumi akan menjadi surga
•           Metode ajaran Buddha luas kebenarannya
•           Semua mengarah hanya mengajar kembalikan kemurnian.
•           Sila untuk memurnikan ucapan dan perbuatan
•           Samadhi untuk memurnikan pikiran yang diliputi ilusi dan hawa nafsu
•           Kebijaksanaan untuk memurnikan pandangan dan pengetahuan
•           Tujuan utama dari ketiga praktek adalah kemurnian
•           Keserakahan bila sudah murni bagaikan air samadhi (ketenangan)
•           Kebencian bila sudah murni bagaikan hembusan angin welas asih
•           Kebodohan bila sudah murni bagaikan pelita apinya prajna (kebijaksanaan)
•           Sesungguhnya kesejatian diri semua makhluk adalah murni.
•           Aktivitas sesaat tidak terbatas bila sudah murni
•           Jikalau semua praktik kemurnian sudah dilaksanakan maka dapat memurnikan hati, sikap dan prilaku.
•           Inilah yang disebut memperindah tanah suci para Buddha.
Tekad ke-18 Buddha Amitabha
Disaat aku akan menjadi Buddha, semua makhluk yang berada di sepuluh penjuru dunia, setelah mendengarkan nama-Ku, dengan sepenuh hati meyakininya, bertekad dengan setulus hati, melimpahkan semua akan karma baik agar dapat terlahir di negeri-Ku, bahkan hanya dengan sungguh-sungguh merenungkan dan menyebut nama-Ku sepuluh kali saja sewaktu akan meninggal, bila tidak dapat terlahir di negeri-Ku, maka aku tidak akan menjadi Buddha, kecuali ia telah melakukan Pancanantarya Karma (lima perbuatan durhaka), atau memfitnah Buddha Dharma.
Tekad ke 19 dan 20 Buddha Amitabha
Di saat aku akan menjadi Buddha, semua makhluk yang berada di sepuluh penjuru dunia, membangkitkan Bodhicitta setelah mendengar nama-Ku, meningkatkan semua kebajikan, menjalankan sad paramita dengan gigih tanpa mundur, ditambah lagi dengan penyaluran jasa semua akar karma baiknya, serta siang dan malam tiada putusnya bertekad dilahirkan di negeri-Ku, sewaktu akan meninggal, Aku bersama dengan para Bodhisattva akan datang menyambut di hadapannya, dalam waktu sekejap dapat terlahir di negeri-Ku menjadi Bodhisattva Avinivartaniya(batinnya tidak akan mundur lagi mencapai pencerahan tertinggi). Bila tidak akan terlahir di negeri-Ku, Aku tidak akan menjadi Buddha.
Peralatan yang digunakan pada saat pujabakti Mahayana
         Muk-Ie (Ikan Kayu)
            Fungsinya adalah sebagai pedoman pada saat membaca sutra, agar dilakukan dengan serempak. Melambangkan kesadaran/perhatian murni, bagaikan ikan yang tidur dengan mata yang terbuka. Berasal dari Tiongkok, kemudian ke Korea, Jepang, Taiwan dan Asia termasuk Indonesia
       In-Ching
            Fungsinya adalah untuk memberikan aba-aba pada saat namaskhara, pengiring pada saat lagu penyesalan, kemudian juga sebagai pengiring dalam pujian dan pembacaan mantra-mantra. Alat ini berasal dari Tiongkok. 
Ching/Gong
            Berbentuk seperti mangkuk terbuat dari logam, alat ini digunakan untuk menandai bagian-bagian penting dalam pujian-pujian/pembacaan paritta.
        He-Che
            Terdiri dari ukuran kecil, sedang dan besar. Bentuknya hampir menyerupai gembreng (Cymbal). Alat ini pakai sebagai pelengkap dalam menyanyikan lagu-lagu pujian. Alat musik ini telah lama di India demikian juga di Tiongkok.
        Ku (Tambur)
            Terdapat hampir di setiap negara
      (India, Tiongkok, Tibet dll) sebagai alat pengiring kebaktian, tanda mulai kebaktian dan lain-lain.
      Yau Ling (genta) atau Lonceng
            Alat ini digunakan pada saat kebaktian. Biasanya digunakan bersama vajra. Genta melambangkan suara, kata-kata yang penuh dengan daya cipta, getaran yang dimunculkan dari pengulangan mantra. Dimaksudkan juga untuk melambangkan batin menuju pencerahan.
Ada 7 jenis genta yang dapat ditemukan:
            Genta yang memiliki kepala vajra 1 titik, 3 titik, 4 titik, 5 titik, 9 titik yang bergagang Triratna dan yang bergagang melambangkan stupa. Digunakan oleh sekte utara (mahayana dan tantrayana)
      Cing Kang Chu (Vajra)
            Alat ini telah ada sebelum munculnya agama Buddha. Digunakan sebagian besar Buddhisme Tantrayana dan sekte eksoterik di Jepang dan Tiongkok. Selain itu juga digunakan ritual veda (hindu) untuk mengusir kekuatan-kekuatan jahat yang mendekati persembahan.
        Benda ini melambangkan kebijaksanaan yang mengalahkan kebodohan, semangat yang mengalahkan nafsu pengetahuan bagaikan teratai digunakan untuk melenyapkan rintangan-rintangan spiritual dan merupakan senjata yang efektif untuk melawan nafsu dan pikiran-pikiran jahat.
        Tasbih (Nianzhu)
Terbuat dari kayu pilihan, batu dll. Alat ini berfungsi untuk membantu pengulangan mantra/sutra-sutra suci pendek. Contoh: Nian Fo, dll. Biasanya tasbih berjumlah 108 butir karena memiliki arti memutuskan 108 jenis kegelisahan batin.
        Tan Che
Sebagai alat musik tambahan dalam mengiringi pujian-pujian.
SERBA-SERBI
1.         Mudra yaitu: gerak isyarat tangan dengan memakai simbol gaib yang menunjukkan berbagai gagasan pikiran.
2.         Vairocana yaitu: pimpinan dari kelima Dhyani Buddha yang menempati posisi di tengah, juga merupakan kebijaksanaan tertinggi.
3.         Gatha adalah:
4.         Rangkaian kata-kata Buddha dalam syair
5.         Serangkaian cerita atau lagu pujian yang berisikan nasihat-nasihat baik
6.         Bait atau lagu yang diciptakan oleh pikiran dalam kondisi penghayatan batin.        
7.         Vandana adalah: penghormatan
8.         Mantra adalah:kata-kata/kalimat yang sakral dan mempunyai kekuatan gaib.
AKHIR KATA:
o          Semoga kita semua dapat bertekad untuk mempelajari pintu Dharma yang tiada batasnya.
o          Bertekad untuk mempelajari jalan utama dari Buddha dan para Bodhisattva.
o          Bertekad menolong semua makhluk yang membutuhkan.
o          Semoga kita dari hari ke hari dapat merasakan kemajuan Praktek Buddha Dharma, dapat memberikan manfaat kepada diri sendiri dan orang banyak.
o          Semoga jasa kebajikan yang telah kita lakukan hari ini dapat memperindah tanah suci para Buddha, membelas empat budi besar, menolong makhluk di tiga alam samsara.
o          Semoga semua yang mendengarkan Dharma ini dapat membangkitkan kebodhian, sampai di akhir kehidupan ini, bersama-sama lahir di alam bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar