Jumat, 12 Desember 2014

Konsep alam surga dan neraka menurut buddha dharma



Surga adalah tempat sementara di mana mereka yang telah berbuat baik mengalami lebih banyak kesenangan inderawi selama jangka waktu yang lebih lama. Neraka adalah tempat sementara lainnya di mana para pelaku kejahatan mengalami lebih banyak penderitaan fisik dan mental. Tidak dapat dibenarkan untuk percaya bahwa tempat-tempat semacam itu adalah abadi. Tidak ada Tuhan di belakang layar surga dan neraka. Setiap orang mengalami kesakitan atau kesenangan tergantung dari kamma baik dan buruknya. Menurut Budha, dalam neraka akan terbakar oleh sebelas jenis kesakitan fisik dan mental: nafsu, kebencian, khayalan, derita, kehancuran, kematian, kecemasan, ratapan, rasa sakit, kemurungan, dan kesedihan.
Definisi surga dan neraka adalah di mana pun  ada lebih banyak penderitaan, baik di dunia maupun di tempat lain, tempat itu adalah neraka bagi yang menderita. Dan di mana ada lebih banyak kebahagiaan atau kesenangan baik di dunia maupun di tempat keberadaan lain, tempat itu adalah surga bagi mereka yang menikmati kehidupan duniawinya di tempat itu. Karena alam manusia adalah campuran dari penderitaan dan kebahagiaan, manusia mengalami keduanya dan akan dapat menyadari sifat sejati kehidupan.[1][17]
Kesimpulan
Manusia, menurut ajaran Budha, adalah kumpulan dari kelompok energi fisik dan mental yang selalu dalam keadaan bergerak, yang disebut Pancakhanda atau lima kelompok kegemaran yaitu:
  1.  Rupakhandha
  2. Vedanakhandha
  3. Sannakhandha
  4. Shankharakhandha
  5. Vinnanakhandha
Manusia selalu berada dalam dukkha karena hidup menurut ajaran Budha selalu dalam keadaan dukkha, sebagaimana diajarkan dalam Catur Arya Satyani tentang hakikat dari dukkha. Ada 3 macam dukkha, yaitu:
  1. Dukkha sebagai derita biasa (dukkha-dukkha)
  2. Dukkha sebagai akibat dari perubahan-perubahan (viparinamadukkha)
  3. Dukkha sebagai keadaan yang saling bergantung (sankharadukkha)
Anatma merupakan ajaran yang mengatakan bahwa tiada aku yang kekal atau tetap. Bila roh yang dianggap sebagai inti manusia itu bersifat langgeng, maka tak akan terjadi suatu perkembangan ataupun kemunduran. Menurut pendapat Bertrand Russel “Perbedaan lama antara roh dan tubuh telah usai, karena materi telah kehilangan spiritualitasnya. Psikologi sudah menjadi ilmiah. Dalam psikologi modern kepercayaan akan kekekalan tidak mendapat suatu dukungan dari ilmu pengetahuan”.
Tubuh berubah tak henti-hentinya dari detik ke detik, dari kelahiran sampai kematian. Pikiran bahkan berubah lebih cepat lagi. Jadi tidak dapat dikatakan bahwa batin, badan, atau gabungan tertentu dari keduanya adalah suatu diri yang berdiri sendiri. Tidak ada yang dapat berdiri sendiri. Tidak ada yang dapat berdiri sendiri karena badan maupun batin tergantung dari banyak faktor untuk eksis. Karena apa yang dinamakan “diri” ini hanyalah sekumpulan faktor fisik dan mental yang terkondisi dan selalu dalam perubahan, tidak ada unsur yang nyata atau konkrit di dalam kita.
Ada tiga tradisi pikiran mengenai asal muasal dunia. Tradisi pikiran pertama menyatakan bahwa dunia ini ada karena alam dan bahwa alam bukanlah suatu kekuatan kepandaian. Tradisi pikiran kedua berkata bahwa dunia diciptakan oleh suatu Tuhan mahakuasa yang bertanggung jawab akan segala sesuatu.Tradisi pikiran ketiga berkata bahwa awal dunia dan kehidupan ini tidak dapat dibayangkan karena hal itu tidak memiliki awal atau akhir.
Terjadinya alam ini dikaitkan dengan Patticasamuppada. Prinsip dari ajaran hukum Patticasamuppada diberikan dalam empat rumus/formula pendek yang artinya berbunyi sebagai berikut:
  1. Dengan adanya ini, maka terjadilah itu.
  2. Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu.
  3. Dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu
  4. Dengan terhentinya ini, maka terhentilah itu.
Alam didolong-golongkan atas:
Shankharaloka adalah alam makhluk yang tidak mempunyai kehendak, seperti benda-benda mati, batu, logam, emas.
Sattaloka adalah alam para makhluk hidup yang mempunyai kehendak mulai dari makhluk yang rendah hingga yang tinggi, kelihatan atau tidak, seperti manusia, hantu, dewa. Alam ini terdiri dari 31 alam, yaitu:
  • 4 Alam Kesengsaraan atau Alam Submanusia: alam neraka, alam hewan, alam hantu, alam asuro.
  • 1 Alam Manusia
  • 6 Alam Dewa
  • 16 Alam Bentuk
  • 4 alam Tanpa Bentuk
Okasaloka adalah alam tempat. Disini terdapat dan hidup makhluk-makhluk di atas, seperti bumi adalah okasaloka tempat manusia hidup dan tempat makhluk lain.
Menurut Budha alam di dunia ini tidak diciptakan oleh Tuhan ataupun sang Budha. Tuhan tidak mengatur alam ini. Yang mengatur adalah Dharma yaitu hukum yang pasti. Dharma yang mengatur alam semesta disebut dharmaniyama yang dapat digolongkan menjadi lima:
  1. Utuniyama, yaitu hukum yang menguasai peristiwa-peristiwa energy.
  2. Bijaniyama, yaitu hukum yang menguasai peristiwa-peristiwa biologis.
  3. Karmaniyama, yaitu hukum yang mengatur bidang moral, yang bertumpu pada hukum sebab-akibat.
  4. Cittaniyama, yaitu hukum yang menguasai peristiwa-peristiwa batiniah.
10.  Dharmaniyama, yaitu hukum yang mengatur hal-hal yang tidak termasuk dalam keempat kelompok di atas.
Kelima hukum di atas meliputi semua gejala yang terjadi di alam semesta yang memiliki sifat sendiri dan tidak diatur oleh kekuatan di luar hukum yang berlaku.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar