Surga adalah tempat sementara di
mana mereka yang telah berbuat baik mengalami lebih banyak kesenangan inderawi
selama jangka waktu yang lebih lama. Neraka adalah tempat sementara lainnya di
mana para pelaku kejahatan mengalami lebih banyak penderitaan fisik dan mental.
Tidak dapat dibenarkan untuk percaya bahwa tempat-tempat semacam itu adalah
abadi. Tidak ada Tuhan di belakang layar surga dan neraka. Setiap orang
mengalami kesakitan atau kesenangan tergantung dari kamma baik dan
buruknya. Menurut Budha, dalam neraka akan terbakar oleh sebelas jenis
kesakitan fisik dan mental: nafsu, kebencian, khayalan, derita, kehancuran,
kematian, kecemasan, ratapan, rasa sakit, kemurungan, dan kesedihan.
Definisi surga dan neraka adalah di
mana pun ada lebih banyak penderitaan, baik di dunia maupun di tempat
lain, tempat itu adalah neraka bagi yang menderita. Dan di mana ada lebih
banyak kebahagiaan atau kesenangan baik di dunia maupun di tempat keberadaan
lain, tempat itu adalah surga bagi mereka yang menikmati kehidupan duniawinya
di tempat itu. Karena alam manusia adalah campuran dari penderitaan dan
kebahagiaan, manusia mengalami keduanya dan akan dapat menyadari sifat sejati
kehidupan.[1][17]
Kesimpulan
Manusia, menurut ajaran Budha,
adalah kumpulan dari kelompok energi fisik dan mental yang selalu dalam keadaan
bergerak, yang disebut Pancakhanda atau lima kelompok kegemaran yaitu:
- Rupakhandha
- Vedanakhandha
- Sannakhandha
- Shankharakhandha
- Vinnanakhandha
Manusia selalu berada dalam dukkha
karena hidup menurut ajaran Budha selalu dalam keadaan dukkha, sebagaimana
diajarkan dalam Catur Arya Satyani tentang hakikat dari dukkha. Ada 3 macam
dukkha, yaitu:
- Dukkha sebagai derita biasa (dukkha-dukkha)
- Dukkha sebagai akibat dari perubahan-perubahan (viparinamadukkha)
- Dukkha sebagai keadaan yang saling bergantung (sankharadukkha)
Anatma merupakan ajaran yang
mengatakan bahwa tiada aku yang kekal atau tetap. Bila roh yang dianggap
sebagai inti manusia itu bersifat langgeng, maka tak akan terjadi suatu
perkembangan ataupun kemunduran. Menurut pendapat Bertrand Russel “Perbedaan
lama antara roh dan tubuh telah usai, karena materi telah kehilangan
spiritualitasnya. Psikologi sudah menjadi ilmiah. Dalam psikologi modern
kepercayaan akan kekekalan tidak mendapat suatu dukungan dari ilmu
pengetahuan”.
Tubuh berubah tak henti-hentinya
dari detik ke detik, dari kelahiran sampai kematian. Pikiran bahkan berubah
lebih cepat lagi. Jadi tidak dapat dikatakan bahwa batin, badan, atau gabungan
tertentu dari keduanya adalah suatu diri yang berdiri sendiri. Tidak ada yang dapat
berdiri sendiri. Tidak ada yang dapat berdiri sendiri karena badan maupun batin
tergantung dari banyak faktor untuk eksis. Karena apa yang dinamakan “diri” ini
hanyalah sekumpulan faktor fisik dan mental yang terkondisi dan selalu dalam
perubahan, tidak ada unsur yang nyata atau konkrit di dalam kita.
Ada tiga tradisi pikiran mengenai
asal muasal dunia. Tradisi pikiran pertama menyatakan bahwa dunia ini ada
karena alam dan bahwa alam bukanlah suatu kekuatan kepandaian. Tradisi pikiran
kedua berkata bahwa dunia diciptakan oleh suatu Tuhan mahakuasa yang
bertanggung jawab akan segala sesuatu.Tradisi pikiran ketiga berkata bahwa awal
dunia dan kehidupan ini tidak dapat dibayangkan karena hal itu tidak memiliki
awal atau akhir.
Terjadinya alam ini dikaitkan dengan
Patticasamuppada. Prinsip dari ajaran hukum Patticasamuppada diberikan dalam
empat rumus/formula pendek yang artinya berbunyi sebagai berikut:
- Dengan adanya ini, maka terjadilah itu.
- Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu.
- Dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu
- Dengan terhentinya ini, maka terhentilah itu.
Alam didolong-golongkan atas:
Shankharaloka adalah alam makhluk yang tidak mempunyai kehendak, seperti
benda-benda mati, batu, logam, emas.
Sattaloka adalah alam para makhluk hidup yang mempunyai kehendak mulai
dari makhluk yang rendah hingga yang tinggi, kelihatan atau tidak, seperti
manusia, hantu, dewa. Alam ini terdiri dari 31 alam, yaitu:
- 4 Alam Kesengsaraan atau Alam Submanusia: alam neraka, alam hewan, alam hantu, alam asuro.
- 1 Alam Manusia
- 6 Alam Dewa
- 16 Alam Bentuk
- 4 alam Tanpa Bentuk
Okasaloka adalah alam tempat. Disini terdapat dan hidup
makhluk-makhluk di atas, seperti bumi adalah okasaloka tempat manusia hidup dan
tempat makhluk lain.
Menurut Budha alam di dunia ini
tidak diciptakan oleh Tuhan ataupun sang Budha. Tuhan tidak mengatur alam ini.
Yang mengatur adalah Dharma yaitu hukum yang pasti. Dharma yang mengatur alam
semesta disebut dharmaniyama yang dapat digolongkan menjadi lima:
- Utuniyama, yaitu hukum yang menguasai peristiwa-peristiwa energy.
- Bijaniyama, yaitu hukum yang menguasai peristiwa-peristiwa biologis.
- Karmaniyama, yaitu hukum yang mengatur bidang moral, yang bertumpu pada hukum sebab-akibat.
- Cittaniyama, yaitu hukum yang menguasai peristiwa-peristiwa batiniah.
10. Dharmaniyama, yaitu hukum
yang mengatur hal-hal yang tidak termasuk dalam keempat kelompok di atas.
Kelima hukum di atas meliputi semua
gejala yang terjadi di alam semesta yang memiliki sifat sendiri dan tidak
diatur oleh kekuatan di luar hukum yang berlaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar