Festival
Qingming (hanzi tradisional: 清明節; sederhana: 清明节; pinyin: qīng míng jié) atau di Indonesia lebih dikenal sebagai
Cheng Beng (bahasa Hokkian)
adalah ritual tahunan etnis Tionghoa untuk bersembahyang
dan ziarah ke kuburan sesuai dengan ajaran Khonghucu. Festival tradisional
Tiongkok ini jatuh pada hari ke 104 setelah titik balik Matahari pada musim
dingin (atau hari ke 15 dari hari persamaan panjang siang dan malam pada musim
semi), pada umumnya jatuh pada tanggal 5 April, dan setiap tahun kabisat, Qing
Ming jatuh pada tanggal 4 April. Secara astronomi, ini juga merupakan
terminologi matahari. Dalam terminologi matahari, Festival Qīngmíng adalah pada
hari pertama dari 5 terminologi Matahari, yang juga dinamai Qīngmíng. Nama yang menandakan waktu untuk orang
pergi keluar dan menikmati hijaunya musim semi (Tàqīng 踏青, "menginjak tumbuhan hijau"), dan juga
ditujukan kepada orang-orang untuk berangkat ke kuburan. Festival ini merupakan
hari libur umum di Tiongkok (RRT), sama
halnya juga di Hong Kong, Macau dan Taiwan.
Daftar isi
Pengenalan
Festival ini juga diketahui dengan
sejumlah nama lain:
- Hari Semua Arwah
- Festival Bersih Terang
- Festival Ziarah Kuburan
- Hari Menyapu Kuburan
- Hari Peringatan Musim Semi
Hari Menyapu Kuburan (Hari
Pembersihan Pusara) dan Festival Bersih Terang adalah terjemahan yang paling
umum dalam mengartikan 'Qīngmíng 清明' (清qīng :
bersih,明míng : terang)
Untuk orang Tionghoa, hari ini
merupakan suatu hari untuk mengingat dan menghormati nenek moyang. Setiap orang
berdoa di depan nenek moyang, menyapu pusara dan bersembahyang dengan makanan,
teh, arak, dupa, kertas sembahyang dan berbagai asesoris, sebagai persembahan
kepada nenek moyang. Upacara ini adalah sangat penting bagi kebanyakan orang
Tionghoa, terutama petani, dan biasanya dapat dilaksanakan 10 hari sebelum atau
sesudah hari Qīngmíng 清明.
Juga pada waktu Qīngmíng 清明,
orang melakukan tamasya keluarga, mulai membajak sawah pada musim semi. Hal
populer lain yang melakukan adalah memainkan layang-layang (dalam berbagai
bentuk binatang, atau karakter dari Opera Cina).
Sesuai catatan, masyarakat Tionghoa
di Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura dan juga beberapa daerah di
Indonesia juga melanjutkan praktek dari kebiasaan ini.
Hari Hanshijie 寒食节, sehari sebelum Qīngmíng 清明, diciptakan oleh Chong'er (重耳), Bangsawan Wen dari negara Jin (晋) pada masa Periode Musim Semi dan Musim Gugur (Chunqiu 春秋), manakala ia secara tidak sengaja membunuh bawahan dan
teman baiknya, Jie Zhitui 介之推
(atau Jie Zitui) dan ibunya dalam suatu pembakaran hutan dengan harapan akan
membuat Jie Zhitui kembali kepadanya. Pada hari Hanshijie 寒食节, orang tidak diijinkan menggunakan
api untuk memanaskan makanan, yang kemudian dijuluki Festival Makanan Dingin.
Dan pada kenyataannya, 300 tahun kemudian, perayaan Hanshijie 寒食节 dikombinasikan dengan Festival Qīngmíng
清明... dan kemudian mulai dilupakan
oleh kebanyakan orang.
Latar
belakang
Festival Qīngmíng 清明 sendiri diciptakan oleh Kaisar Xuanzong
(唐玄宗) pada tahun 732 (Dinasti Tang). Dengan alasan apa? Sebab orang
Tiongkok kuno mengadakan upacara pemujaan nenek moyang dengan cara terlalu
mahal dan rumit. Dalam usaha untuk menurunkan biaya tersebut, Kaisar Xuanzong (唐玄宗) mengumumkan penghormatan tersebut cukup dilakukan dengan
mengunjungi kuburan nenek moyang pada hari Qīngmíng 清明.
Jie
Zhitui
Pada mulanya, tradisi Cengbeng
dicetuskan oleh putra mahkota Chong Er
dari Dinasti Tang. Suatu hari karena difitnah oleh salah seorang selir raja,
Chong Er terpaksa melarikan diri ke gunung bersama para pengawalnya. Kelaparan
karena tidak membawa bekal makanan, salah seorang pengawal bernama Jie Zhitui
memotong bagian badannya dan memasaknya untuk sang putra mahkota agar tidak
mati kelaparan. Mengetahui pengorbanan pengawal setianya itu, Chong Er merasa
sedih, tetapi Jie menghibur sang putra mahkota dan memintanya agar tetap teguh
bertahan hingga Chong Er dapat kembali ke istana dan merebut tahta dari selir
raja yang telah memfitnahnya.
Tiga tahun lamanya mereka bertahan
hidup dalam kelaparan di gunung hingga akhirnya sang selir meninggal dunia.
Sepasukan tentara menjemput Chong Er untuk kembali ke istana, saat itu dia
melihat Jie Zhitui mengemasi sebuah tikar tua ke atas kuda. Chong Er
mentertawakannya dan meminta Jie untuk membuang tikar itu, tetapi Jie
menolaknya dan berkata,”...hanya penderitaan yang dapat hamba bagi bersama
paduka, bukan kemakmuran...”. Jie berpamitan kepada Chong Er untuk tetap
tinggal di gunung bersama ibunya.
Setelah Chong Er kembali ke istana,
dia bermaksud mengundang Jie Zhitui, tetapi Jie tidak berhasil ditemukan. Chong
Er memerintahkan tentara untuk membakar hutan digunung itu agar Jie segera
keluar menemuinya. Yang terjadi malah sebaliknya, mereka menemukan Jie Zhitui
mati bersama ibunya dibawah pohon willow. Chong Er sangat sedih melihat
pengawal setianya itu malah mati karena keinginannya. Sejak itu Chong Er
memperingati hari itu sebagai hari Hanshi. Pada saat peringatan Hanshi ini,
kaisar tidak mengijinkan siapapun menyalakan api untuk memasak, sehingga
peringatan ini juga dikenal dengan sebutan Perayaan Makanan Dingin.
Kaisar
Xuanzong
Sedangkan tradisi peringatan
Cengbeng sendiri sebenarnya dicetuskan oleh kaisar Xuanzong
dari Dinasti Tang pada tahun 732. Kaisar saat itu
menilai kebiasaan masyarakatnya terlalu sering melaksanakan upacara bagi pada
leluhur dan berbiaya mahal sehingga seringkali menyusahkan mereka sendiri.
Kaisar menitahkan sejak saat itu upacara bagi para leluhur cukup dilakukan pada
pertengahan musim semi atau Cengbeng saja.
Dinasti
Qing
300 tahun yang lalu pada masa
pemerintahaan Dinasti Qing (1644 –
1911), tradisi peringatan Hanshi digabungkan dengan upacara Qingming
(Cengbeng), lama kelamaan peringatan Hanshi mulai memudar dan tinggal tradisi
Cengbeng yang bertahan hingga sekarang sebagai salah satu upacara penting bagi
masyarakat tionghoa diseluruh dunia.
Di beberapa negara di Asia,
peringatan Cengbeng dianggap sangat penting artinya dan diperingati sebagai
hari libur nasional selama beberapa hari. Selain perayaan Tahun Baru Imlek, Cengbeng adalah tradisi penting
bagi masyarakat tionghoa, karena pada masa inilah seluruh anggota keluarga
berkumpul bersama menghormat dan memperingati leluhur mereka.
Literatur
清明時節雨紛紛
/ 清明时节雨纷纷
/ qīng míng shí jié yǔ fēn fēn
路上行人欲斷魂
/ 路上行人欲断魂 / lù shàng xíng rén yù duàn hún
借問酒家何處有
/ 借问酒家何处有
/ jiè wèn jiǔ jiā hé chù yǒu
牧童遙指杏花村
/ 牧童遥指杏花村 / mù tóng yáo zhǐ xìng huā cūn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar